Search
20 Februari 2025
Termarjinalisasinya potensi pangan lokal Indonesia berkontribusi pada terjadi penurunan imunitas, kesehatan dan pengeluaran ekonomi masyarakat. Masyarakat dan generasi muda telah mengubah pola kebiasaan makan (diet) dengan menjauhi pangan tradisional dan local serta lebih memilih pangan modern atau makanan kontemporer yang sebagian besar disajikan secara cepat. Hal ini karena didorong oleh globalisasi, iklan-iklan, dan masuknya pangan cepat saji serta makanan kemasan. Ketersediaan bahan pangan tradisional juga menjadi salah satu isu karena tanaman pangan lokal sebagai bahan penting pangan tradisional mulai menghilang akibat pencemaran lingkungan, perubahan iklim, penebangan pohon, teknologi dan inovasi pertanian, serta konversi lahan.
Perubahan konsumsi pangan ternyata berdampak pada kesehatan. Saat ini terjadi peningkatan kasus penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, obesitas, dan tinggi kolesterol yang cukup mengkhawatirkan. Pada saat bersamaan kasus kurang gizi termasuk kekurangan zat gizi mikro banyak diderita anak – anak dan wanita yang memang rentan terhadap masalah gizi. Kekurangan gizi baik dalam bentuk gizi kurang, gizi buruk atau stunting adalah permasalahan gizi utama di Indonesia. Hingga saat ini masih terdapat 15% anak balita yang menderita gizi kurang dan gizi buruk. Angka stunting di Indonesia tahun 2022 juga cukup tinggi sebesar 21,6% melebihi ambang batas WHO kurang dari 20%.
Permasalahan menurunnya persediaan pangan lokal merupakan persoalan mendasar yang memerlukan solusi penanganan segera. Karena itu pemanfaatan sumber daya pangan, berbagai inovasi dan teknologi dalam pengambilan dan pemrosesan bahan pangan, pelibatan inclusive para pihak akan memberikan manfaat jangka panjang bagi generasi mendatang. Hal ini karena Indonesia memiliki 17?ri sumberdaya keanekaragaman hayati (biodiversitas) dunia, yaitu 11% tumbuhan berbunga, 12% mamalia, 15% herpetofauna, 17% burung dan 37% ikan. Penguatan potensi keanekaragaman hayati melalui Etno-bioprospeksi biotechnology, bioprospeksi, bio induksi, bio fertilizer dan bio plastic merupakan peluang besar untuk menjadikan Indonesia sehat dan berdaulat pangan local. Beberapa komoditas pangan lokal sumber karbohidrat, selain beras yaitu singkong, talas, sagu, jagung, pisang, ubi, dan kentang sudah banyak dimanfaatkan sejak nenek moyang dahulu. Komoditas pangan tersebut memiliki kandungan gizi yang berbeda dan mampu melengkapi kebutuhan pangan dan gizi yang dibutuhkan masyarakat secara lokal.
Peningkatan status gizi masyarakat merupakan salah satu investasi jangka Panjang. Melalui pemanfaatan biodiversivitas lokal, yang berarti juga akan juga melestarikan pengetahuan dan budaya lokal, serta melestarikan sumber genetik tanaman yang berharga. Pemanfaatan biodiversivitas yang berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan iklim akan mampu menghadapi berbagai bencana seperti pergeseran waktu tanam, badai, kekeringan, ataupun banjir merupakan pendekatan pelestarian pengetahuan dan budaya lokal yang dapat mengurangi goncangan sosial, lingkungan, dan ekonomi di masa yang akan datang. Penguatan konsumsi pangan lokal merupakan potensi pengatasan persoalan pangan dan gizi yang bersifat integratif mencakup tanaman yang mengandung karbohidrat, sayuran, buah-buahan, kacang kacangan, dan lain-lainnya. Sudah saatnya untuk melestarikan tanaman dan keanekaragaman hayati lokal serta memanfaatkannya untuk penganekaragaman pangan dan peningkatan status gizi dan kesehatan. World Health Organization (WHO) menganjurkan untuk mengonsumsi setidaknya 400 gram sayur dan buah per hari. Riset Kesehatan Dasar menyatakan 90% penduduk Indonesia kurang mengonsumsi buah dan sayur, padahal, buah dan sayur mengandung kalori, protein, serat, kalsium, antioksidan, dan cairan yang diperlukan manusia.
Pemenuhan konsumsi kebutuhan sayur dan buah local dapat dipenuhi dari pasar tradisional atau pertanian keluarga. Pasar tradisional memiliki peran penting dalam mempromosikan produk local. Pertanian keluarga seperti teknik hidroponik yang menggunakan air sebagai media tanamnya, juga dapat meningkatkan kebutuhan gizi sayuran local dengan cara relative mudah dan murah, misalnya untuk tanaman salada, bayam, kangkung atau lainnya. Untuk pemenuhan konsumsi buah-buahan yang kaya vitamin seperti pepaya, mangga, pisang, jambu, alpukat, rambutan, dan lain-lain dapat dipenuhi dari menanam di pekarangan atau tabulampot (tanaman buah dalam pot) yang tujuannya untuk sumber makanan buah keluarga dan pemenuhan konsumsi buah lokal dalam waktu singkat.
Unduh Lampiran : Lampiran